A. SITUS GLINGSERAN
Adalah
sebuah situs prasejarah yang ada di kecamatan wringin,bondowoso. Situs
ini berada di wilayah desa glingseran, sehingga nama situs inipun
diambil dari nama desa setempat. Untuk menuju ke tempat ini sangatlah
mudah, tinggal ikuti saja papan penunjuk jalan di jalan raya
wringin-bondowoso sampai ke areal persawahan tempat batu-batu besar
barulah anda akan menjumpai situs glingseran ini.
beginilah jadinya kalau anda mengunjungi situs glingseran sehabis hujan :)
Situs ini sangat menarik untuk dijadikan tempat wisata karena pemandangannya cukup indah
sarkofagus atau peti kubur batu di situs glingseran
batu dolmen di situs glingseran
salah satu batu megalitik di situs glingseran,yang ini namanya apa ya?
Mengunjungi
tempat ini sembari memperhatikan batu-batu besar dengan beraneka macam
fungsi seperti sarkopagus, dolmen, batu kenong dan batu lumbung,pasti
membuat kalian bertanya-tanya seperti apakah nenek moyang kita beribu
tahun yang lalu? Bagaimana proses mereka mendapatkan batu sebesar itu,
membawanya kemudian membentuknya sedemikian rupa? Tampaknya batu-batu
megalitik ini lebih berfungsi ke arah ritual kepercayaan daripada fungsi
untuk kebutuhan rumah tangga sehari-hari, megapa demikian? (kebanyakaan
nanyaa!) Jujur, kita tidak mengerti soal sejarah purbakala atau
arkeologi, makanyaagar tidak penasaran kunjungisitus ini . Yang jelas
manusia purba yang telah membuat batu-batu besar di sini sangat hebat,
karena kita yang manusia modern saja tidak bisa melakukan hal seperti
itu .
batu menhir yang juga disebut sebagai betho labeng di banyuputih bondowoso
Selain
situs megalitikum glingseran, kami juga mengunjungi sebuah batu yang
jauh lebih besar dari batu-batu yang ada di glingseran, yang letaknya
masih di kecamatan wringin, tepatnya di desa banyuputih. Menurut
keterangan bapak yang menjadi tuan rumah batu yang konon adalah menhir
ini disebut dengan watu lawang dalam bahasa jawa atau betho labeng dalam
bahasa madura. Disebut demikian karena mungkin susunan 3 batu raksasa
ini menyerupai pintu. Betho labeng yang tinginya sekitar 7 meter ini
berada di ujung areal pertanian penduduk yang ujungnya adalah tebing
yang di bawahnya adalah jalan raya, dan menhir raksasa ini tepat berada
di pinggirnya. Tidak terbayang jika batu itu jatuh ke jalan raya dan
menimpa orang lewat. Meskipun demikian selama ribuan tahun batu itu
berada di sana, kedudukannya tetap tidak tergoyahkan, sungguh ajaib!.
jika anda sedang berada di wilayah bondwoso, tidak ada salahnya anda
mengunjungi situs-situs purba ini, sembari bernostalgia ala jaman purba
dan membayangkan kehebatan nenek moyang kita dulu.B. SITUS PEKAUMAN
Benda Peninggalan Sejarah di Situs Megalitikum, Pekauman
Para
peneliti sejarah sepakat bahwa Kabupaten Bondowoso diperkirakan
tergolong dalam era tradisi megalitik muda, yang berlangsung sangat lama
hingga sekitar abad XIV masehi. HR Van Hakeren, dalam bukunya The Stone
Age of Indonesia (1972), bahkan menentukan bahwa Dolmen Bondowoso
berlangsung antara awal tarikh masehi sekitar 2500-2000 Sebelum Masehi.
Gambaran
tentang waktu ini terlihat dari Dolmen di Desa Pakauman, Kecamatan
Grujugan, yang berlokasi sekitar 5 km di sebelah selatan kota Bondowoso.
Dari asal katanya, Breton (di Inggris Utara), ”Dol” berarti ”meja” dan
”Men” adalah ”batu”. Orang Bondowoso yang mayoritas berbahasa Madura
menyebutnya Betoh Meja (batu meja).
Bentuk
pemukiman di pakauman, dapat dikatakan berbentuk kecil (semacam
pedukuhan). Permukiman tersebut dibangun dekat sungai Sampeyan yang
mengalir dilembah antara pegunungan Hiyang disebelah barat, dan dataran
tinggi Ijen disebelah timur. Sungai Sampeyan bermuara di selat Madura.
Survei permukaan tanah di situs Pakauman,desa Grujugan, Kabupaten
Bondowoso, Provinsi Jawa Timur, menghasilkan peta sebaran megalithikum.
Berdasarkan jenis dan fungsinya dapat di kelompokkan menjadi
Arca Batu Kenong
Keberadaan
batu kenong di Pakauman selalu berkelompok, kelompok yang terkecil
berjumlah 3 buah batu kenong,dan kelompok terbesar terdiri 20 buah batu
kenong. Dalam situs ditemukan 26 kelompok batu kenong. Salah satu
kelompok batu kenong di Pakauman telah digali oleh Willems pada tahun
1938. Kelompok batu kenong di Pakauman sejak penelitian tersebut sampai
sekarang belum di ketahui fungsinya. Batu kenong sebagai umpak,
merupakan unsur bangunan bagian bawah atau pondasi. Bahan bangunan
lainnya (bagian atas) berupa kayu atau bambu dan atapnya dari daun-daun
atau jenis rumput-rumputan, yang tidak tahan lama sehingga tidak
ditemukan sisa-sisanya.
Sarkofagus
Sarkofagus
adalah keranda batu atau peti mayat yang terbuat dari batu. Bentuknya
menyerupai lesung dari batu utuh yang diberi tutup. Dari Sarkofagus yang
ditemukan umumnya di dalamnya terdapat mayat dan bekal kubur berupa
periuk, kapak persegi, perhiasan dan benda-benda dari perunggu serta
besi. Daerah tempat ditemukannya sarkofagus adalah Bali. Menurut
masyarakat Bali Sarkofagus memiliki kekuatan magis/gaib. Berdasarkan
pendapat para ahli bahwa sarkofagus dikenal masyarakat Bali sejak zaman
logam. Selain sarkofagus juga ada yang disebut dengan kubur batu atau
dolmen. Dolmen merupakan meja dari batu yang berfungsi sebagai tempat
meletakkan saji-sajian untuk pemujaan. Adakalanya di bawah dolmen
dipakai untuk meletakkan mayat, agar mayat tersebut tidak dapat dimakan
oleh binatang buas maka kaki mejanya diperbanyak sampai mayat tertutup
rapat oleh batu. Sarana penguburan dan sering disebut sebagai dolmen
semu (karena tidak berfungsi sebagai sarana pemujaan) ditemukan secara
terpisah atau berkonteks dengan benda megalitik lainnya.
Berbeda
dengan dolmen atau “pandhusa”, sarkofagus adalah tempat kubur, terdiri
wadah dan tutup, bentuk dan ukurannya sama (simetris). Dinding muka
sarkofagus kadang-kadang dihias dengan ukiran bermotif binatang berkaki
empat, burung dan bentuk manusia. Balai Arkeologi Yogyakarta dalam
penelitiannya tahun 1985 menemukan 71 dolmen dan 21 buah sarkofagus.
Kedua jenis bangunan megalitik ini ditemukan dalam satu situs dan
berfungsi sebagai wadah kubur.
Tinggalan
megalitik jenis dolmen,oleh penduduk setempat disebut “pandhusa” atau
“makam cina”. Dolmen adalah jenis batu kubur yang biasanya mengarah
timur-barat, terdiri atas lantai dari papan batu, beberapa batu tegak
sebagai dinding dan ditutup oleh sebuah batu besar.
Dibagian
timur kadang-kadang juga dibagian barat terdapat semacam pintu masuk.
Penelitian terhadap dolmen telah banyak dilakukan, antara lain oleh
Steinmetz (1898),Hubenet (1903),B.de Haan (1921),dan Willems (1940).
Ekskavasi Willems tahun 1940 membuktikan bahwa dolmen benar-benar
berfungsi sebagai kuburan. Dalam kubur terdapat tulang-tulang manusia,
sisa bekal kubur seperti pecahan periuk, sebuah pecahan keramik cina
(dari abad 9) dan pahat besi. Dolmen lainnya yang pernah digali oleh de
Haan menghasilkan temuan gigi manusia, manik-manik sebanyak 79 buah
dalam berbagai ukuran dan terbuat dari batu, dan kaca.
Arca Menhir
Menhir adalah bangunan yang berupa tugu batu yang didirikan untuk upacara menghormati roh nenek moyang, sehingga bentuk menhir ada yang berdiri tunggal dan ada yang berkelompok serta ada pula yang dibuat bersama bangunan lain yaitu seperti punden berundak-undak. Arca menhir ditemukan satu buah tergeletek dibawah pematang di dekat lokasi penggalian Willems dan dapat diduga erat hubungannya dengan pemujaan leluhur.arca ini berukuran tinggi 160 cm.berbentuk kepala besar, massif, tanpa pahatan wajah. Pahatan kaki tidak ada, bentuk bagian bawah meruncing untuk menancapkan ke dalam tanah.
Menhir adalah bangunan yang berupa tugu batu yang didirikan untuk upacara menghormati roh nenek moyang, sehingga bentuk menhir ada yang berdiri tunggal dan ada yang berkelompok serta ada pula yang dibuat bersama bangunan lain yaitu seperti punden berundak-undak. Arca menhir ditemukan satu buah tergeletek dibawah pematang di dekat lokasi penggalian Willems dan dapat diduga erat hubungannya dengan pemujaan leluhur.arca ini berukuran tinggi 160 cm.berbentuk kepala besar, massif, tanpa pahatan wajah. Pahatan kaki tidak ada, bentuk bagian bawah meruncing untuk menancapkan ke dalam tanah.
Menhir
atau batu tegak adalah sebuah batu panjang yang didirikan tegak sebagai
batu peringatan dalam hubungannya engan pemujaan arwah leluhur.
2. POTENSI WISATA ALAM DI BONDOWOSO
A. KAWAH IJEN
Ijen memiliki kawah asam terbesar di dunia.
Benda yang jatuh ke dalamnya, bisa langsung larut seketika. Meski
terdengar seram, pemandangan Ijen sangat istimewa.
Gunung Ijen merupakan salah satu gunung
aktif yang berada di Jawa Timur. Letaknya, masih termasuk di dalam
kawasan Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi, Jawa Timur. Namun secara
administratif, Kawah Ijen ini terletak di 2 wilayah kabupaten, yaitu
kabupaten Banyuwangi dan Bondowoso, Jawa Timur.
Ketinggian Gunung Ijen sekitar 2.443 meter
di atas permukaan laut (dpl). Selain memiliki pemandangan pegunungan dan
udara segara, Gunung Ijen memiliki danau kawah yang cukup besar dan
terbentuk secara alami. Danau kawah itu terbentuk dari beberapa kali
letusan Gunung Ijen yang terjadi pada tahun 1796, 1817, 1913, dan 1936.
Gunung Ijen bisa dicapai dari dua jalur. Bisa dari banyuwangi ataupun bondowoso. Bila
melewati kota Bondowoso, kita akan disuguhi keindahan pemandangan
perkebunan kopi yang berada tepat di lereng gunung. Kita juga bisa
singgah di Air Terjun Banyupahit. Dinamakan Banyupahit karena sumber
mata airnya berasal dari Kawah Ijen yang mengandung belerang, sehingga
airnya terasa pahit. Disana kita bisa menikmati udara segar dan sejuk
dari hutan Cemara yang berada di sekitar lokasi air terjun Banyupahit.
Kalau melalui Banyuwangi kita akan melewati
Kecamatan Licin. Kontur jalannya yang cukup terjal dan berbatu
membutuhkan perhatian ekstra. Jadi, sebaiknya menggunakan ataupun
menyewa kendaraan jenis jeep double gardan. Pemandangan di jalur ini
cukup gersang karena jalur ini sering dilewati truk pengangkut
belerang.
Baik dari jalur Bondowoso ataupun Banyuwangi, kita akan tiba di Pos
Paltuding yang merupakan pos terakhir sebelum melakukan pendakian. Pos
Paltuding bisa ditempuh dalam waktu sekitar 2,5 – 3 jam dengan
menggunakan mobil atau ojek.
Dari Pos Paltuding, Kawah Ijen bisa ditempuh
dalam 2 sampai 3 kilometer. Di Pos Paltuding ini, ada biaya masuk yang
harus dibayar. Pendaki lokal cukup membayar Rp2.000 dan pendaki asing
dikenakan biaya Rp 15.000 .
Sebaiknya lakukan pendakian pada pagi hari
sekitar pukul 07.00 – 11.00 WIB untuk menghindari pekatnya asap
belerang. Karena pada pukul 14.00 WIB, jalur pendakian biasanya ditutup
alasan keamanan. Dikhawatirkan angin yang mengandung belerang ini
mengarah ke jalur pendakian, sehingga membahayakan para pendaki.
Pada saat pendakian, biasanya kita akan
sering bertemu dengan para penambang sulfur di sepanjang jalan lereng
Kawah Ijen. Untuk berjaga-jaga, sebaiknya kita membawa masker guna
melindungi paru-paru dari iritasi pernafasan. Maklum, asap beraroma
belerang tercium cukup pekat.
Setelah jalan santai selama dua jam, kita
akan disuguhi pemandangan alam yang cukup indah dan menakjubkan, berasal
dari kawah dengan asap belerang. Juga sebuah “kubangan” air berwarna
hijau toska yang mengandung belerang seluas kira-kira 54 hektar. Kita
bisa berfoto-foto di Kawah Ijen dan kalo berani kita bisa turun ke dekat
kawahnya melihat para penambang sulfur dari dekat. Dari puncak Gunung
Ijen ini kita bisa melihat Gunung Merapi yang letaknya berdekatan.
Keistimewaan lain yang terdapat di Kawah Ijen ini bisa kita temui antara
bulan Agustus sampai September. Sebab saat itu, bunga-bunga Edelweis
kuning dan putih yang tumbuh di kawasan sepanjang lereng gunung sedang
mekar-mekarnya. Hindari datang ke Kawah Ijen pada musim penghujan.
Karena pada saat itu, jalur pendakian menjadi licin akibat dari curah
hujan yang cukup tinggi. Ini bisa membahayakan para pendaki.
TIPS:
Kota besar terdekat dari kawasan wisata ini ialah Surabaya. Dari
Surabaya, Anda bisa melanjutkan perjalanan ke Gunung Ijen, melalui dua
jalur, yaitu melalui Bondowoso ataupun Banyuwangi.
Dari Surabaya ke Bondowoso dibutuhkan jarak tempuh 231 km atau sekitar 5
jam perjalanan menggunakan bus umum. Dan jauh lebih dekat dari
Surabaya. Harga tiketnya Rp 15.000. Selanjutnya, begitu sampai di
Terminal Bis Bondowoso, kita bisa naik angkutan desa ke Kecamatan Sempol
dengan biaya Rp 7.000. Perjalanan dilanjutkan dengan ojek dari
kecamatan Sempol ke Pos Paltuding.
Jika memilih jalur Banyuwangi, perjalanan kita akan terasa lebih jauh
dengan jarak tempuhnya 293 km, butuh waktu 8 jam dari Surabaya ke
Banyuwangi. Biaya menggunakan bis umum hanya Rp 25.000. Setibanya di
Terminal Banyuwangi, perjalanan dilanjutkan ke kecamatan Licin dengan
angkutan umum pedesaan Rp 10.000, lalu di lanjutkan dengan menumpang
truk pengangkut belerang ke Pos Paltuding dengan biaya Rp 5.000 per
orang saja.
Apabila kita sampai di Pos Paltuding malam hari dan tidak bisa
melanjutkan pendakian, jangan khawatir. Teapat penginapan sederhana di
Pos Paltuding yang dikelola oleh Departemen Kehutanan. Tarif kamar hanya
Rp100 ribu per malam. Jika kita berangkat pagi hari sekali jangan lupa
berpakaian lengkap dengan memakai jaket tebal, kupluk, syal di leher,
sarung tangan, dan sepatu yang nyaman.
B. AIR TERJUN BELAWAN
Air Terjun Blawan Bondowoso |
Air Terjun Blawan terletak di Desa Kalianyar, Kecamatan Sempol, sekitar
52 km dari pusat Kota Bondowoso. Air Terjun Blawan ini merupakan
lanjutan dari sungai kali pahit yang menjadi tempat pembuangan air atau
rembesan dari kawah ijen. Karena berasal dari kawah ijen, maka air
terjun ini penuh dengan dengan kadar belerang, selain air terjun belawan
anda juga bisa mengunjungi objek wisata lain yang masih satu wilayah
dengan air terjun ini seperti pemandian air panas.
Air Terjun Tancak Kembar merupakan tempat wisata di Bondowoso yang bisa
anda kunjungi selain Kawah Ijen, air terjun ini letaknya berada di Desa
Andongsari, Kecamatan Pakem, Kabupaten Bondowoso, sekitar 25 km dari
pusat Kota Bondowoso. Air Terjun Tancak Kembar mengalir dari tebing
dengan ketinggian 77 meter hingga ke bawah, terletak di kawasan hutan
lindung yang memiliki ketinggian 900 mdpl.dian air panas.
C. AIR TERJUN TANCAK KEMBAR | |||
3. PEMANFAATAN SITUS PEKAUMAN GRUJUGAN BONDOWOSO SEBAGAI OBYEK WISATA SEJARAH
A. UPAYA PEMERINTAH TERHADAP OBYEK WISATA SITUS PEKAUMAN GRUJUGAN BONDOWOSO
a. sebagai pariwisata budaya
b. sebagai pemanfaatan tinggalan arkeologi sebagai obyek dan daya tarik wisata budaya
B. BENDA-BENDA YG ADA DI SITUS PEKAUMAN
SARKOFAGUS
DOLMEN (meja batu)
KUBUR BATU
ARCA BATU "BATU NYAI".
DOLMEN
C. LETAK SITUS PEKAUMAN GRUJUGAN BONDOWOSO
Terletak di desa Pekauman kecamatan Grujugan sekitar 10 km sebelah selatan kota Bondowoso, disebut dengan situs Pekauman karena terletak di desa Pekauman. Situs pekauman ini merupakan situs terbesar yang ada di Kab. Bondowoso.
DISUSUN OLEH : X TATA NIAGA 2
NAMA KELOMPOK :
1. YENI AISYAH
2. SUCIYATI
3. SITI MARGARETHA NINGSIH
4. LILIS WIDIAWATI