Selasa, 24 November 2015

1. POTENSI WISATA SEJARAH DI BONDOWOSO
 
  A. SITUS GLINGSERAN
      Adalah sebuah situs prasejarah yang ada di kecamatan wringin,bondowoso. Situs ini berada di wilayah desa glingseran, sehingga nama situs inipun diambil dari nama desa setempat. Untuk menuju ke tempat ini sangatlah mudah, tinggal ikuti saja papan penunjuk jalan di jalan raya wringin-bondowoso sampai ke areal persawahan tempat batu-batu besar barulah anda akan menjumpai situs glingseran ini.

beginilah jadinya kalau anda mengunjungi situs glingseran sehabis hujan :)
Situs ini sangat menarik untuk dijadikan tempat wisata karena pemandangannya cukup indah 

sarkofagus atau peti kubur batu di situs glingseran

batu dolmen di situs glingseran

salah satu batu megalitik di situs glingseran,yang ini namanya apa ya?
Mengunjungi tempat ini sembari memperhatikan batu-batu besar dengan beraneka macam fungsi seperti sarkopagus, dolmen, batu kenong dan batu lumbung,pasti membuat kalian bertanya-tanya seperti apakah nenek moyang kita beribu tahun yang lalu? Bagaimana proses mereka mendapatkan batu sebesar itu, membawanya kemudian membentuknya sedemikian rupa? Tampaknya batu-batu megalitik ini lebih berfungsi ke arah ritual kepercayaan daripada fungsi untuk kebutuhan rumah tangga sehari-hari, megapa demikian? (kebanyakaan nanyaa!) Jujur, kita tidak mengerti soal sejarah purbakala atau arkeologi, makanyaagar tidak  penasaran kunjungisitus ini  . Yang jelas manusia purba yang telah membuat batu-batu besar di sini sangat hebat, karena kita yang manusia modern saja tidak bisa melakukan hal seperti itu .
batu menhir yang juga disebut sebagai betho labeng di banyuputih bondowoso
Selain situs megalitikum glingseran, kami juga mengunjungi sebuah batu yang jauh lebih besar dari batu-batu yang ada di glingseran, yang letaknya masih di kecamatan wringin, tepatnya di desa banyuputih. Menurut keterangan bapak yang menjadi tuan rumah batu yang konon adalah menhir ini disebut dengan watu lawang dalam bahasa jawa atau betho labeng dalam bahasa madura. Disebut demikian karena mungkin susunan 3 batu raksasa ini menyerupai pintu. Betho labeng yang tinginya sekitar 7 meter ini berada di ujung areal pertanian penduduk yang ujungnya adalah tebing yang di bawahnya adalah jalan raya, dan menhir raksasa ini tepat berada di pinggirnya. Tidak terbayang jika batu itu jatuh ke jalan raya dan menimpa orang lewat. Meskipun demikian selama ribuan tahun batu itu berada di sana, kedudukannya tetap tidak tergoyahkan, sungguh ajaib!. jika anda sedang berada di wilayah bondwoso, tidak ada salahnya anda mengunjungi situs-situs purba ini, sembari bernostalgia ala jaman purba dan membayangkan kehebatan nenek moyang kita dulu.

  B. SITUS PEKAUMAN

Benda Peninggalan Sejarah di Situs Megalitikum, Pekauman

Para peneliti sejarah sepakat bahwa Kabupaten Bondowoso diperkirakan tergolong dalam era tradisi megalitik muda, yang berlangsung sangat lama hingga sekitar abad XIV masehi. HR Van Hakeren, dalam bukunya The Stone Age of Indonesia (1972), bahkan menentukan bahwa Dolmen Bondowoso berlangsung antara awal tarikh masehi sekitar 2500-2000 Sebelum Masehi.
Gambaran tentang waktu ini terlihat dari Dolmen di Desa Pakauman, Kecamatan Grujugan, yang berlokasi sekitar 5 km di sebelah selatan kota Bondowoso. Dari asal katanya, Breton (di Inggris Utara), ”Dol” berarti ”meja” dan ”Men” adalah ”batu”. Orang Bondowoso yang mayoritas berbahasa Madura menyebutnya Betoh Meja (batu meja).
Bentuk pemukiman di pakauman, dapat dikatakan berbentuk kecil (semacam pedukuhan). Permukiman tersebut dibangun dekat sungai Sampeyan yang mengalir dilembah antara pegunungan Hiyang disebelah barat, dan dataran tinggi Ijen disebelah timur. Sungai Sampeyan bermuara di selat Madura. Survei permukaan tanah di situs Pakauman,desa Grujugan, Kabupaten Bondowoso, Provinsi Jawa Timur, menghasilkan peta sebaran megalithikum. Berdasarkan jenis dan fungsinya dapat di kelompokkan menjadi 
Arca Batu Kenong
 
Batu kenong merupakan istilah penduduk setempat, bentuknya silindrik dengan tonjolan di puncaknya.           
Keberadaan batu kenong di Pakauman selalu berkelompok, kelompok yang terkecil berjumlah 3 buah batu kenong,dan kelompok terbesar terdiri 20 buah batu kenong. Dalam situs ditemukan 26 kelompok batu kenong. Salah satu kelompok batu kenong di Pakauman telah digali oleh Willems pada tahun 1938. Kelompok batu kenong di Pakauman sejak penelitian tersebut sampai sekarang belum di ketahui fungsinya. Batu kenong sebagai umpak, merupakan unsur bangunan bagian bawah atau pondasi. Bahan bangunan lainnya (bagian atas) berupa kayu atau bambu dan atapnya dari daun-daun atau jenis rumput-rumputan, yang tidak tahan lama sehingga tidak ditemukan sisa-sisanya.     
 Sarkofagus                             


 
 Sarkofagus adalah keranda batu atau peti mayat yang terbuat dari batu. Bentuknya menyerupai lesung dari batu utuh yang diberi tutup. Dari Sarkofagus yang ditemukan umumnya di dalamnya terdapat mayat dan bekal kubur berupa periuk, kapak persegi, perhiasan dan benda-benda dari perunggu serta besi. Daerah tempat ditemukannya sarkofagus adalah Bali. Menurut masyarakat Bali Sarkofagus memiliki kekuatan magis/gaib. Berdasarkan pendapat para ahli bahwa sarkofagus dikenal masyarakat Bali sejak zaman logam. Selain sarkofagus juga ada yang disebut dengan kubur batu atau dolmen. Dolmen merupakan meja dari batu yang berfungsi sebagai tempat meletakkan saji-sajian untuk pemujaan. Adakalanya di bawah dolmen dipakai untuk meletakkan mayat, agar mayat tersebut tidak dapat dimakan oleh binatang buas maka kaki mejanya diperbanyak sampai mayat tertutup rapat oleh batu. Sarana penguburan dan sering disebut sebagai dolmen semu (karena tidak berfungsi sebagai sarana pemujaan) ditemukan secara terpisah atau berkonteks dengan benda megalitik lainnya.
Berbeda dengan dolmen atau “pandhusa”, sarkofagus adalah tempat kubur, terdiri wadah dan tutup, bentuk dan ukurannya sama (simetris). Dinding muka sarkofagus kadang-kadang dihias dengan ukiran bermotif binatang berkaki empat, burung dan bentuk manusia. Balai Arkeologi Yogyakarta dalam penelitiannya tahun 1985 menemukan 71 dolmen dan 21 buah sarkofagus. Kedua jenis bangunan megalitik ini ditemukan dalam satu situs dan berfungsi sebagai wadah kubur.
Tinggalan megalitik jenis dolmen,oleh penduduk setempat disebut “pandhusa” atau “makam cina”. Dolmen adalah jenis batu kubur yang biasanya mengarah timur-barat, terdiri atas lantai dari papan batu, beberapa batu tegak sebagai dinding dan ditutup oleh sebuah batu besar.
 Dibagian timur kadang-kadang juga dibagian barat terdapat semacam pintu masuk. Penelitian terhadap dolmen telah banyak dilakukan, antara lain oleh Steinmetz (1898),Hubenet (1903),B.de Haan (1921),dan Willems (1940). Ekskavasi Willems tahun 1940 membuktikan bahwa dolmen benar-benar berfungsi sebagai kuburan. Dalam kubur terdapat tulang-tulang manusia, sisa bekal kubur seperti pecahan periuk, sebuah pecahan keramik cina (dari abad 9) dan pahat besi. Dolmen lainnya yang pernah digali oleh de Haan menghasilkan temuan gigi manusia, manik-manik sebanyak 79 buah dalam berbagai ukuran dan terbuat dari batu, dan kaca.
     
           Arca Menhir


Menhir adalah bangunan yang berupa tugu batu yang didirikan untuk upacara menghormati roh nenek moyang, sehingga bentuk menhir ada yang berdiri tunggal dan ada yang berkelompok serta ada pula yang dibuat bersama bangunan lain yaitu seperti punden berundak-undak. Arca menhir ditemukan satu buah tergeletek dibawah pematang di dekat lokasi penggalian Willems dan dapat diduga erat hubungannya dengan pemujaan leluhur.arca ini berukuran tinggi 160 cm.berbentuk kepala besar, massif, tanpa pahatan wajah. Pahatan kaki tidak ada, bentuk bagian bawah meruncing untuk menancapkan ke dalam tanah.
Menhir atau batu tegak adalah sebuah batu panjang yang didirikan tegak sebagai batu peringatan dalam hubungannya engan pemujaan arwah leluhur.

  2. POTENSI WISATA ALAM DI BONDOWOSO

       A. KAWAH IJEN

Ijen memiliki kawah asam terbesar di dunia. Benda yang jatuh ke dalamnya, bisa langsung larut seketika. Meski terdengar seram, pemandangan Ijen sangat  istimewa.
Gunung Ijen merupakan salah satu gunung aktif yang berada di Jawa Timur. Letaknya, masih termasuk di dalam kawasan Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi, Jawa Timur. Namun secara administratif, Kawah Ijen ini terletak di 2 wilayah kabupaten, yaitu kabupaten Banyuwangi dan Bondowoso, Jawa Timur.
Kawah ijen jawa timur
Ketinggian Gunung Ijen sekitar 2.443 meter di atas permukaan laut (dpl). Selain memiliki pemandangan pegunungan dan udara segara, Gunung Ijen memiliki danau kawah yang cukup besar dan  terbentuk secara alami. Danau kawah itu terbentuk dari beberapa kali letusan Gunung Ijen yang terjadi pada tahun 1796, 1817, 1913, dan 1936.
penambang blerang di kawah ijen
Gunung Ijen bisa dicapai dari dua jalur. Bisa dari banyuwangi ataupun bondowoso. Bila melewati kota Bondowoso, kita akan disuguhi keindahan pemandangan perkebunan kopi yang berada tepat di lereng gunung. Kita juga bisa singgah di Air Terjun Banyupahit. Dinamakan Banyupahit karena sumber mata airnya berasal dari Kawah Ijen yang mengandung belerang, sehingga airnya terasa pahit. Disana kita bisa menikmati udara segar dan sejuk dari hutan Cemara yang berada di sekitar lokasi air terjun Banyupahit.
Kalau melalui Banyuwangi kita akan melewati Kecamatan Licin. Kontur jalannya yang cukup terjal dan berbatu membutuhkan perhatian ekstra. Jadi, sebaiknya menggunakan ataupun menyewa kendaraan jenis jeep double gardan. Pemandangan di jalur ini cukup gersang  karena jalur ini sering dilewati truk pengangkut belerang.

pegunungan kawah ijenpekerja menunggu blerang di kawah ijen
Baik dari jalur Bondowoso ataupun Banyuwangi, kita akan tiba di Pos Paltuding yang merupakan pos terakhir sebelum melakukan pendakian. Pos Paltuding bisa ditempuh dalam waktu sekitar 2,5 – 3 jam  dengan menggunakan mobil atau ojek.
Dari Pos Paltuding, Kawah Ijen bisa ditempuh dalam 2 sampai 3 kilometer. Di Pos Paltuding ini, ada biaya masuk yang harus dibayar. Pendaki lokal cukup membayar Rp2.000 dan pendaki asing dikenakan biaya Rp 15.000 .
Sebaiknya lakukan pendakian pada pagi hari sekitar pukul 07.00 – 11.00 WIB untuk menghindari pekatnya asap belerang. Karena pada pukul 14.00 WIB, jalur pendakian biasanya ditutup alasan keamanan. Dikhawatirkan angin yang mengandung belerang ini mengarah ke jalur pendakian, sehingga membahayakan para pendaki.
kawah hijau toska ijen
Pada saat pendakian, biasanya kita akan sering bertemu dengan para penambang sulfur di sepanjang jalan lereng Kawah Ijen. Untuk berjaga-jaga, sebaiknya kita membawa masker guna melindungi paru-paru dari iritasi pernafasan. Maklum, asap beraroma belerang tercium cukup pekat.
Setelah jalan santai selama dua jam, kita akan disuguhi pemandangan alam yang cukup indah dan menakjubkan, berasal dari kawah dengan asap belerang. Juga sebuah “kubangan” air berwarna hijau toska yang mengandung belerang seluas kira-kira 54 hektar. Kita bisa berfoto-foto di Kawah Ijen dan kalo berani kita bisa turun ke dekat kawahnya melihat para penambang sulfur dari dekat. Dari puncak Gunung Ijen ini kita bisa melihat Gunung Merapi yang letaknya berdekatan.
kawah ijen dari atas
Keistimewaan lain yang terdapat di Kawah Ijen ini bisa kita temui antara bulan Agustus sampai September. Sebab saat itu, bunga-bunga Edelweis kuning dan putih yang tumbuh di kawasan sepanjang lereng gunung sedang mekar-mekarnya. Hindari datang ke Kawah Ijen pada musim penghujan. Karena pada saat itu, jalur pendakian menjadi licin akibat dari curah hujan yang cukup tinggi. Ini bisa membahayakan para pendaki.
bunga edelweis di kawah ijen
TIPS:
Kota besar terdekat dari kawasan wisata ini ialah Surabaya. Dari Surabaya, Anda bisa melanjutkan perjalanan ke Gunung Ijen, melalui dua jalur, yaitu melalui Bondowoso ataupun Banyuwangi.
Dari Surabaya ke Bondowoso dibutuhkan jarak tempuh 231 km atau sekitar 5 jam perjalanan menggunakan bus umum. Dan jauh lebih dekat dari Surabaya. Harga tiketnya Rp 15.000. Selanjutnya, begitu sampai di Terminal Bis Bondowoso, kita bisa naik angkutan desa ke Kecamatan Sempol dengan biaya Rp 7.000. Perjalanan dilanjutkan dengan ojek dari kecamatan Sempol ke Pos Paltuding.
Jika memilih jalur Banyuwangi, perjalanan kita akan terasa lebih jauh dengan jarak tempuhnya 293 km, butuh waktu 8 jam dari Surabaya ke Banyuwangi. Biaya menggunakan bis umum hanya Rp 25.000. Setibanya di Terminal Banyuwangi, perjalanan dilanjutkan ke kecamatan Licin dengan angkutan umum pedesaan Rp 10.000, lalu di lanjutkan dengan menumpang truk pengangkut belerang ke Pos Paltuding dengan biaya Rp 5.000 per orang saja.
Apabila kita sampai di Pos Paltuding malam hari dan tidak bisa melanjutkan pendakian, jangan khawatir. Teapat penginapan sederhana di Pos Paltuding yang dikelola oleh Departemen Kehutanan. Tarif kamar hanya Rp100 ribu per malam.  Jika kita berangkat pagi hari sekali jangan lupa berpakaian lengkap dengan memakai jaket tebal, kupluk, syal di leher, sarung tangan, dan sepatu yang nyaman.

   B. AIR TERJUN BELAWAN
        
Air Terjun Blawan Bondowoso

Air Terjun Blawan terletak di Desa Kalianyar, Kecamatan Sempol, sekitar 52 km dari pusat Kota Bondowoso. Air Terjun Blawan ini merupakan lanjutan dari sungai kali pahit yang menjadi tempat pembuangan air atau rembesan dari kawah ijen. Karena berasal dari kawah ijen, maka air terjun ini penuh dengan dengan kadar belerang, selain air terjun belawan anda juga bisa mengunjungi objek wisata lain yang masih satu wilayah dengan air terjun ini seperti pemandian air panas.
C. AIR TERJUN TANCAK KEMBAR

Air Terjun Tancak Kembar merupakan tempat wisata di Bondowoso yang bisa anda kunjungi selain Kawah Ijen, air terjun ini letaknya berada di Desa Andongsari, Kecamatan Pakem, Kabupaten Bondowoso, sekitar 25 km dari pusat Kota Bondowoso. Air Terjun Tancak Kembar mengalir dari tebing dengan ketinggian 77 meter hingga ke bawah, terletak di kawasan hutan lindung yang memiliki ketinggian 900 mdpl.dian air panas.

3. PEMANFAATAN SITUS PEKAUMAN GRUJUGAN BONDOWOSO SEBAGAI OBYEK           WISATA SEJARAH

     A. UPAYA PEMERINTAH TERHADAP OBYEK WISATA SITUS PEKAUMAN GRUJUGAN BONDOWOSO
           a. sebagai pariwisata budaya
           b. sebagai pemanfaatan tinggalan arkeologi sebagai obyek dan daya tarik wisata budaya
    B. BENDA-BENDA YG ADA DI SITUS PEKAUMAN
         SARKOFAGUS




                                   




                                                            DOLMEN (meja batu)


                                                                        KUBUR BATU




                                                       ARCA BATU  "BATU NYAI".
                                                                            DOLMEN
         
         C. LETAK SITUS PEKAUMAN GRUJUGAN BONDOWOSO
              Terletak di desa Pekauman kecamatan Grujugan sekitar 10 km sebelah selatan kota Bondowoso,  disebut dengan situs Pekauman karena terletak di desa Pekauman. Situs pekauman ini merupakan situs terbesar yang ada di Kab. Bondowoso.




DISUSUN OLEH : X TATA NIAGA 2
NAMA KELOMPOK :
                                      1. YENI AISYAH                   
                                      2. SUCIYATI
                                      3. SITI MARGARETHA NINGSIH
                                      4. LILIS WIDIAWATI